Rabu, 13 Mei 2015

Sejarah Ulama Kedungcangkring


KH Mas Muhyiddin


Beberapa orang yang bisa dikategorikan sesepuh yang menempati Desa Kedung Cangkring, selain dari Mongolia, beberapa juga dari Sidoresmo Surabaya. Itu bisa buktikan dengan munculnya nama seorang ulama yang lahir di Kedung Cangkring, yang terkenal pada zamannya. Ia adalah KH. Mas Muhyiddin, anak dari KH. Mas Adnan, dari Sidoresmo. Namun demikian, di Desa Kedung Cangkring, tidak banyak masyarakat sekarang yang mengetahui siapa KH. Mas Muhyiddin. Padahal, dari KH. Mas Muhyiddin inilah yang kelak di kemudian hari banyak melahirkan tokoh maupun Kiai besar.



Siapa sebenarnya KH Mas Muhyiddin? Beberapa sumber yang dihimpun al ikhtibar menyebutkan bahwa KH. Mas Muhyiddin adalah seorang ulama disamping juga seorang pejabat. Ia lebih dikenal sebagai Wedono Kuranten. Disebut Kuranten karena mengikuti nama istrinya, Kurrotin. KH. Mas Muhyiddin adalah anak dari KH. Mas Adnan. Kini makam KH. Mas Muhyiddin bersama istrinya, berada di belakang Masjid Annur, Desa Kedung Cangkring.



Menurut cerita Saifuddin, 53, KH Mas Muhyiddin adalah seorang ulama yang ahli puasa dan tidak banyak bicara. Saifuddin adalah anak dari Mad Amin, anak nomor 6 nya H. Mahmud bin KH. Mas Muhyiddin. Ahli puasanya KH. Mas Muhyiddin itulah yang kemudian dicontoh oleh Saifuddin. Ia gemar berpuasa sejak kelas 5 SD sampai sekarang, meski menjadi anggota Marinir (kini pensiun dini).



’’KH Mas Muhyiddin adalah seorang ulama yang ahli puasa. Hampir setiap hari ia tidak pernah berhenti puasa. KH Mas Muhyiddin orangnya juga tidak banyak bicara. Yang saya tahu tentang KH Mas Muhyiddin dari orang tua saya, Mad Amin dan Pak De saya, Kiai Mas Mahmud, adalah soal ahli puasanya itu. Dan perjuangannya dalam berdakwa bahkan dari Mojokerto sampai Probolinggo. Dari daerah tersebut, kalau menikahkan anaknya, sering di bawah ke Kedung Cangkring, karena menganggap KH. Mas Muhyiddin sebagai pemuka agama yang paling tinggi. Sedang tahun berapa KH. Mas Muhyiddin lahir, serta menjabat sebagi Wedono pada zamannya Bupati siapa di Sidoarjo, saya tidak mengetahuinya,” kata Saifuddin.



Dari perkawinananya dengan Kurrotin, KH Mas Muhyiddin mempunyai anak lima. 1. H. Mahmud, 2. Mas Muntamah, 3. Masyrifah, 4. Mas Fatmah dan ke 5. Mas Muzammil. Nah dari Mas Fatmah anak ke 4 nya KH. Mas Muhyiddin inilah, yang kemudian melahirkan seorang aulia yang terkenal, Ali Mas’ud, terkenal dengan sebuta Mbah Ud, yang makamnya kini di Desa Pagerwojo Buduran Sidoarjo. Fatmah menikah dengan KH. Said, Pondok Sono Sidoarjo. Dari perkawinannya dengan KH. Said, Mas Fatmah mempunyai 3 anak. 1.Masyrifah, 2. Ali Mas’ud (Mbah Ud) dan 3. Mahfudz.



Mbah Ud menikah dengan Mas Ning Qomariah binti H. Mahmud (anak pertama KH. Mas Muhyiddin). Mbah Ud bahkan tinggal cukup lama di Kedung Cangkring. Namun karena Mas Ning Qomariah meninggal, akhirnya Mbah Ud menikah lagi dengan Nyai Dewi. ”Ketika Mbah Ud meninggal, keluarga Kedung Cangkring meminta supaya Mbah Ud dimakamkan di Kedung Cangkring. Namun dari keluarga Nyai Dewi tidak setuju. Akhirnya keluarga Kedung Cangkring meminta saran kepada Kiai Hamid Pasuruan. Kiai Hamid menyarankan agar Mbah Ud dimakamkan di Pagerwojo, di dekat makam Ibunya, Mas Fatmah,” cerita Saifuddin.



Adapun silsilah Mbah Ud dari jalur Kiai Said adalah sebagai berikut. Ali Mas’ud bin Kiai Said bin Kiai Zarkasi (pendiri Pondok Sono, yang terkenal dengan ilmu sorofnya se Indonesia) bin Mbah Muhyi bin Mbah Mursidi (makamnya di Tambak Sumur Waru) bin Abdurrahman Baqo’. Abdurrahman Baqo’ adalah saudaranya Mbah Syamsuddin, yang makamnya kini di Desa Daleman. (baca al ikhtibar edisi XXII tahun III Februari 2008 : Rubrik Sejarah Sidoarjo)



Sedangkan dari Mas Muntama melahirkan anak yang bernama Khaina menikah dengan KH. Kholil, dan mempunyai putra bernama KH. Siroj Kholil, seorang ulama besar di Sidoarjo pada zamannya. KH. Rofiq Siroj (kini Rois Surya PCNU Sidoarjo), menuturkan, bahwa abahnya, KH. Siroj Kholil, dengan Mbah Ud itu memanggilnya paman. Gus Rofiq, panggilan akrab KH. Rofiq Siroj membenarkan kalau Mbahnya adalah Khaina, sedang buyutnya, KH. Mas Muhyiddin, ia tidak mengetahuinya. ” Waduh, saya kok tidak mengetahui nama buyut saya. Saya dengar nama KH. Mas Muhyiddin itu kok baru dari sampean,” terang Gus Rofiq.



KH Siroj Kholil mempunyai 14 anak, namun yang hidup sekarang tinggal 7. Gus Rofiq adalah anak tertuah. Diantara saudara Gus Rofiq adalah Khodijah, Maimun Siroj dan Abdul Wahab Siroj. Dari Khodijah, adiknya Gus Rofiq, mempunyai anak bernama Shobib, yang menikah dengan Imam Nahrowi, Mantan Ketua DPW PKB yang dibekukan Gus Dur. Kini, Imam Nahrowi, bersama istrinya, Shobib tinggal di Kedung Cangkring, Jabon.



Bahkan, Eman Hermawan, mantan Ketua Umum DKN (Dewan Koordinasi Nasional) Garda Bangsa yang juga dibekukan Gus Dur, sebenarnya juga bagian dari keluarga besar bani KH. Mas Muhyiddin Kedung Cangkring, Jabon. Eman, panggilan akrab Eman Hermawan, yang juga mantan aktivis LKIS itu menikah dengan Siti Maghfiroh binti Qomariah binti Mahfudz bin Mas fatma binti KH. Mas Muhyiddin.



Bani KH Mas Muhyiddin juga melahirkan tokoh PKB Jawa Timur. Ia adalah Misbahul Munir, Pasuruan, kini Sekretaris Dewan Syuro DPW PKB Jatim hasil Muswilub. Misbachul Munir adalah anak dari Nur Izzah binti Masyrifah binti Mas fatma binti KH. Mas Muhyiddin. Disamping itu juga lahir tokoh Toriqoh Jawa Timur. Ia adalah KH. Muhammad Ali Bahruddin (Pasuruan), kini sebagai Ketua Toriqoh Qodiriah Wan Naqsambadiah Jawa Timur. KH. Muhamamad Ali Bahruddin adalah anak dari H. Bahruddin bin Masyrifah binti Mas fatma binti KH. Mas Muhyiddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar